![]() |
| Dok. Pribadi |
MaduSyafnis - Pernahkah kamu membuka botol madu hutan liar, lalu tiba-tiba terdengar bunyi “pssst”, bahkan sampai madu menyembur keluar seperti minuman bersoda? Atau melihat permukaan madu dipenuhi buih halus yang muncul perlahan? Banyak orang langsung panik ketika mengalaminya.
Ada yang mengira madunya rusak, basi, atau dicampur bahan kimia. Padahal, fenomena ini sangat umum terjadi pada madu hutan liar yang benar-benar murni.
Madu hutan liar biasanya dipanen langsung dari sarang lebah di hutan tanpa proses pemanasan atau penyaringan berlebihan.
Karena itu, enzim, ragi, dan partikel alami di dalamnya masih hidup. Dalam kondisi tertentu, seperti kadar air yang tinggi dan suhu lembap khas daerah tropis, komponen alami itu bisa memicu fermentasi ringan yang menghasilkan gas.
Akibatnya, botol madu bisa tampak menggembung, berbuih, bahkan meledak kecil saat dibuka.
Untuk memahami kenapa hal ini bisa terjadi, yuk kita bahas satu per satu penyebab ilmiahnya.
1. Kadar Air Tinggi
Sebagai negara tropis, Indonesia punya kelembapan udara yang tinggi sepanjang tahun. Kondisi ini membuat kadar air dalam madu cenderung lebih tinggi dibandingkan madu dari negara subtropis seperti Yaman. Jika madu Yaman rata-rata memiliki kadar air di bawah 18%, maka madu dari hutan Indonesia sering mencapai 20–23%, terutama bila dipanen di musim hujan.
Lalu, apakah kadar air tinggi ini berbahaya?
Jawabannya: tidak, selama madu tetap murni dan tidak tercampur air dari luar.
Kadar air yang tinggi hanya membuat madu lebih aktif secara biologis. Ragi alami di dalam madu akan menggunakan kelembapan itu untuk memulai proses fermentasi ringan, menghasilkan gas karbondioksida. Nah, inilah penyebab utama kenapa madu bisa berbuih, bergas, atau bahkan menyembur saat dibuka setelah lama disimpan.
Fenomena ini sama sekali tidak berbahaya. Justru menjadi tanda bahwa madumu belum dipanaskan dan masih mengandung enzim serta mikroflora alami yang bermanfaat bagi tubuh.
2. Cara Penyaringan Madu
Selain kadar air, cara penyaringan madu juga berpengaruh terhadap munculnya gas. Berdasarkan pengalaman para petani madu hutan, madu yang diperas langsung dari sarang cenderung lebih mudah bergas dibanding madu yang ditiriskan secara alami tanpa tekanan.
Kenapa begitu?
Saat madu diperas, banyak partikel halus seperti lilin lebah, serbuk sari, dan enzim ikut terbawa. Semua partikel ini memperkaya nutrisi madu, tapi juga membuat aktivitas ragi alami lebih aktif. Akibatnya, gas terbentuk lebih cepat di dalam botol.
Sedangkan madu yang ditiriskan perlahan umumnya lebih stabil karena sebagian besar partikel padat sudah mengendap.
3. Karakteristik Nektar
Setiap jenis bunga menghasilkan nektar dengan karakteristik berbeda. Beberapa jenis nektar mengandung gula reduksi dan enzim yang tinggi, membuat madu dari bunga itu lebih mudah berbuih dan bergas.
Contohnya adalah madu kaliandra.
Nektar bunga kaliandra mengandung kadar gula tinggi dan ragi alami yang sangat aktif, sehingga madu kaliandra sering tampak berbuih atau menimbulkan tekanan dalam botol jika disimpan lama. Ini bukan tanda madu rusak, tapi efek alami dari komposisi nektarnya.
Setiap jenis madu memiliki kepribadian sendiri. Ada yang tenang dan jernih, ada juga yang aktif dan mudah bergas, semuanya bergantung pada sifat nektar bunga asalnya.
Cara Mengatasi Madu Bergas
Kalau kamu menemukan madu hutan liar yang bergas, jangan panik. Caranya mudah:
- Buka tutup botol perlahan. Biarkan gas keluar dengan sendirinya.
- Diamkan dalam posisi terbuka beberapa saat hingga gelembung-gelembung berhenti muncul.
- Tutup kembali rapat-rapat dan simpan di tempat yang sejuk, teduh, serta tidak terkena sinar matahari langsung.
Langkah ini membantu melepaskan tekanan gas tanpa mengurangi kualitas madu. Kamu tidak perlu khawatir, karena gas yang keluar hanyalah hasil fermentasi alami dari ragi dan enzim madu.
Madu hutan liar yang berbuih atau bahkan meledak saat dibuka bukan tanda rusak atau palsu. Justru, hal itu menunjukkan bahwa madumu masih hidup dan murni secara alami.
Fenomena ini bisa terjadi karena beberapa faktor alami: kadar air tinggi akibat iklim tropis, cara penyaringan tradisional yang mempertahankan partikel alami, dan karakteristik nektar bunga tertentu seperti kaliandra.
Selama madumu tidak berbau asam tajam, tidak terlalu encer, dan tidak berjamur, maka aman dikonsumsi. Gas dan buih hanyalah bukti bahwa madu tersebut belum “dimatikan” oleh proses pemanasan, sehingga kandungan enzim dan nutrisinya tetap utuh.
Madu bergas adalah tanda kemurnian. Namun tidak setiap madu murni bergas karena faktor yang kompleks tadi.
Jadi, kalau madu hutan liarmu berbuih atau bergas, jangan khawatir. Itu bukan cacat, melainkan tanda kemurnian dan kehidupan alami dari madu yang benar-benar berasal dari hutan. Semoga bermanfaat!

