![]() |
| Dok. Pribadi |
MaduSyafnis - Sudah lebih dari 4 bulan Madu Syafnis terlahir. Tepatnya di awal bulan Juli 2025 dengan motif: tidak berniat jualan sama sekali. Namun lahir dari sebuah perjalanan panjang yang sukar diceritakan secara utuh.
Saya beserta suami selaku founder Madu Syafnis pada awalnya tidak ada niat berjualan madu. Konsumsi madu itu murni budaya keluarga kecil kami.
Beberapa tahun ke belakang, saya melalui hari-hari yang berat. Allah memberi saya nikmat seabreg. Nikmat bisa lanjut S2. Nikmat hamil dengan segala warnanya. Nikmat melahirkan dengan selamat. Nikmat diberi anak kedua.
Nikmat itu KAU beri dalam satu waktu, rupanya juga menjadi ujian berat tak terlupakan. Setelah masa nifas berakhir, dan saya memutuskan lanjut kuliah, dari sana lah pola hidup buruk saya terbentuk.
Bermula dari sering begadang, karena banyaknya tugas kuliah. Kurang tidur ini rupanya merembet ke banyak hal. Belum lagi urusan pekerjaan rumah. Meskipun suami suka membantu semampunya sepulang kerja, tetapi saya hanyalah manusia biasa.
Kesalahan saya adalah jarang berolahraga. Saya menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan. Jarang sekali berjemur matahari. Pekerjaan saya hanya di tugas dan tugas. Baik di tugas kuliah maupun rumah. Scrolling hp selalu memenuhi waktu saya.
Otak kiri saya selalu mendominasi. Stres pun pada saat itu bukan tentang istirahat nanti juga baikan. Itu sungguh tidak berlaku.
Saya selalu rutin konsumsi obat lambung, meskipun katanya busui friendly. Saya pada waktu itu keliru. Memahami obat menjadi solusi, padahal itu hanyalah bumerang, karena kesalahannya adalah pola hidup saya yang buruk.
Singkat cerita saya sakit-sakitan. Lambung saya semakin parah. Setiap kali periksa ke dokter. Katanya saya baik-baik saja. Dan hanya diresepkan obat lambung dan vitamin.
Padahal saya selalu merasa sakit. Bukan hanya lambung. Sakit kepala tegang sudah menjadi makanan sehari-hari. Belum lagi setiap malam saya tidak bisa tidur karena selalu henti nafas, sakit dada tak tertahankan, seperti mau meninggal. Dan kecemasan saya selalu naik, setiap saat ketenangan saya rasanya menjauh.
Teman perkuliahan menyarankan saya medikal check up. Saran itu malah membuat saya semakin cemas.
Saya berdiskusi dengan suami, karena lambung saya kian parah tak kunjung sembuh berbulan-bulan lamanya. Akhirnya kami memutuskan periksa ke spesialis dalam.
Mata hati saya terbuka. Terima kasih ya Rabb. Engkau tunjukkan saya pada dialog yang menarik dan mengetuk hati terdalam saya.
Saya tidak bisa menjelaskan secara detail isi dialog saya dengan sang dokter. Meskipun dia meresepkan obat, dia mengatakan saya baik-baik saja. Tidak ada penyakit apa-apa. Kuncinya ada di pikiran. Itu semua merembet ke fisik saya.
Saya terdiam. Dokter ini dengan entengnya menyuruh saya berhenti kuliah. Saya semakin terperanjat.
Dan yang paling berkesan, saat dokter itu bilang:
"Lumbang lambung, gak ada tuh lambung!"
Padahal selama ini saya sangat ketergantungan dengan obat lambung.
Setiba di rumah, saya menangisi diri saya sendiri. Saya hanyalah manusia biasa yang bisa stres dan depresi. Ayat demi ayat Al-Quran pun basah, tetapi itu tidak cukup. Karena saya yang selama ini membiarkan sumber kecemasan selalu tinggal di pikiran.
Belajar dari pada itu, kurang lebih 3 hari saya konsumsi obat. Dalam keadaan saya menyusui, saya khawatir akan efek samping pada anak saya. Saya memutuskan berhenti makan obat.
Tekad saya kuat. Apalagi sejak dialog dengan dokter yang selalu membuat saya merasa titik utama penyembuhan saya bukanlah fisik, tapi juga non fisik.
Saya berhenti makan obat. Untuk lambung yang sudah terlanjur parah, saya konsumsi madu hutan liar. Juga rutin konsumsi rebusan kunyit. Pikiran saya saat itu, saya harus sembuh. Apalagi bayi saya ikutan sakit karena saya sakit.
Saya off sosmed cukup lama, karena menurut saya itu juga sumber kecemasan yang menyita waktu saya selama ini. Pola pikir saya yang selalu on target pun saya tinggalkan. Biarkan rumah berantakan. Atau tugas belum tersentuh. Saya kerjakan semampu saya. Saya hindari tidur larut malam. Saya belajar lebih rileks dan lebih tenang menghadapi apapun.
Semua pola hidup saya perbaiki. Hanya boleh ada makanan sehat. Saya ingin belajar lebih tenang. Saya pun pelajari slow living, dan cara relaksasi saya adalah menuliskannya di blog.
Semua saya perbaiki, saya ingin ketenangan. Alhamdulillah, pada saat menyusun tesis, keadaan saya membaik sehingga saya bisa menyelesaikannya tepat waktu.
Lalu kemudian, di awal bulan Juli 2025, saya coba posting madu. Barangkali ada yang mau nitip. Rupanya postingan saya disambut dengan antusiasme tinggi dari teman-teman saya.
Jujur, saya tidak niat jualan. Tapi saya merasa beruntung, bisa menemukan madu yang benar-benar asli dari lebah, yang dijanjikan syifa dalam Alquran.
Tetapi orang di luar sana, mungkin susah menemukan madu asli dan murni. Padahal mereka sangat membutuhkannya.
Madu ini pula yang jadi wasilah obat dan booster selama proses pemulihan. Saya harus bersyukur, karena madu hutan liar yang saya konsumsi adalah madu premium yang sulit didapat, paling alami dan kaya khasiat.
Saya sebenarnya tidak sedang iklan. Saya bicara apa adanya. Riset pun mengiyakan. Quran hadis sudah barang pasti mengisyaratkan.
Syafnis, sebenarnya adalah akun saya semasa muda yang suka mengarang dengan kata-kata puitis. Kata-kata itupun saya arsipkan, mudah-mudahan bisa saya bukukan di suatu waktu.
Madu Syafnis, instagram itu saya ubah namanya. Yang setelah saya pelajari, jualan madu juga amanah. Lebih dari itu, hasrat belajar saya pun semakin intens pada dunia permaduan.
Bekal pola berpikir selama perkuliahan, akan selalu saya maksimalkan di bidang apapun di kehidupan, di bidang bisnis madu sekalipun. Tentunya semua ini bisa berjalan karena support luar biasa dari pak suami.
Kami memulai dengan couplepreneur. Suami saya yang jadi bagian produksi, yang berjejaring dengan petani, yang keluarin modal, yang packing dan antar, sedangkan tugas saya di bagian admin.
Madu syafnis, bisnis yang saya tak pernah terbersit akan terjun ke dunia ini. Membawa saya berasa kuliah spesialis madu, yang ketika di lapangan banyak sekali pelajaran berharga yang menurut saya penting dipahami mereka yang terjun di dunia madu.
Madu Syafnis tidak terlahir untuk kepentingan bisnis dan bukan itu orientasi kami hingga saat ini. Ia lahir dari kebermanfaatan yang dirasakan. Dari kesunyian dan perjalanan panjang selama proses penyembuhan.
Dan karena saya peduli akan inner health, teman-teman bisa baca tulisan saya di syafnis.com.
Saya belajar dari perjalanan sakit yang saya alami. Yang membawa saya pada Madu Syafnis, dengan harapan dapat menjadi jalan yang mewasilahi mereka yang membutuhkan madu murni.

